Jumat, 06 Maret 2015

Kerajinan Tangan Maluku Masih Diminati Wisatawan





 
Daerah Maluku memang sangat kaya dengan keanekaragaman alamnya. Belum semua kekayaan alam itu terjamah, padahal kekayaan alam itu dapat memberi asas manfaat kepada masyarakat dan juga kepada daerah ini.

Bagi seorang pengrajin patung, seperti Silvester Otmudy, kekayaan alam yang ada di daerah ini sudah dapat ia manfaatkan dan diolahnya sendiri sebagai sesuatu yang sangat berharga. 

Dengan ketrampilan dan ispirasi serta jiwa seni yang tinggi, Otmudy dapat mempersembahakan hasil karya seni budaya daerahnya kepada dunia luar. Hal itu terbukti, saat kedatangan Kapal pesiar Voyage Discovery yang membawa ratusan wisatawan yang berkunjung ke Ambon, Minggu (29/1). 

Saat itu Otmudy terlihat sedang menggelar hasil kerajinan tangannya berupa patung yang terbuat dari batu, kayu dan tulang dalam ukuran besar dan kecil. Patung-patung itu sepertinya menjadi magnet bagi wisatawan yang saat itu berkunjung. Wisatawan yang tertarik dengan kerajinan Otmudy itu akhirnya bisa membawa pulang beberapa patung ke tanah airnya dengan harga yang terjangkau.

Para turis memang sangat tertarik dan menyukai hasil kerajinan orang Maluku, sehingga mereka mendatangi tempat digelarnya kerajinan Maluku. Mereka yang mendatangi tempat itu, terdiri dari kebanyakan lanjut usia (lansia). Dan mereka datang bukan dalam bentuk kelompok, tetapi sendiri-sendiri, dan ada juga pasangan suami istri. 

Kunjungan para wisatawan ke daerah ini, Minggu (29/1) adalah bukti bahwa mereka masih tertarik dengan apa yang kita miliki di daerah ini. Sehingga dengan sendirinya membawa berkat tersendiri bagi para pengrajin.
Dibawah ini adalah sebagian hasil kerajinan tangan Otmudy dan kawan-kawan yang digelar saat kunjungan Voyages Discovery di halaman Parkir Pelabuhan Yos Soedarso Ambon. Berikut uraiannya;

Proses Pembuatan Kerajinan Ukir Khas Maluku 



Patung Batu


Aktivitas kesenian, termasuk seni pahat, seringkali memiliki ketergantungan yang besar terhadap alam. Tidak terkecuali dalam pembuatan patung batu tradisional di Maluku. Untuk menghasilkan patung batu yang benar-benar natural, diperlukan bebatuan khusus dari daerah perbukitan atau pegunungan, lembah dan sungai.
Bahan baku ini tergolong sulit diperoleh. Selain perlu waktu panjang untuk menelusuri sungai dan menjelajah lembah, juga diperlukan ketelitian untuk mendapatkan bebatuan yang memenuhi criteria. Ini penting, agar dalam proses pembuatan nanti, bebatuan tersebut tidak mengalami keretakan yang berarti.

Setelah bahan baku pilihan berhasil diperoleh, langkah berikut adalah melakukan penggergajian untuk mendapatkan potongan batu yang sempurna. Potongan batu berukuran besar-kecil ini diperlukan, utamanya ketika membuat motif ukiran pada patung.

Proses pembuatan patung itu sendiri diawali dengan menggambar motif ukiran pada batu. Selanjutnya, pemahatan dilakukan dengan merunut pada pola tersebut. Termasuk merekatkan potongan batu-batu yang telah diukir tadi ke badan patung.

Sudah pasti, ketelatenan dan ketelitian pemahat tetap menjadi modal utama, disamping ide-ide kreatif yang dituangkan ke dalam beraneka bentuk motif.

Patung Kayu

Patung kayu hanya dapat dihasilkan dari bahan baku yang juga bermutu. Bahan baku tersebut dipilih dari kayu khusus yang oleh masyarakat Yamdena – Maluku Tenggara Barat, disebut Knawe Katutun atau Kayu Kanawa. Kayu ini dianggap memiliki daya tarik, terutama pada warna internal dan garis-garis naturalnya.
Untuk membuat patung kayu berukuran besar, seorang pemahat memerlukan bahan baku sepanjang 2, 12 meter. Sedangkan untuk patung berukuran sedang, bahan baku yang diperlukan 1,15 meter.

Setelah bahan baku tersedia, proses kreatif diawali dengan menggambar motif atau model patung pada kayu. Pola inilah yang nantinya menjadi acuan bagi si pemahat pada saat melakukan pemahatan.

Pemahatan pola yang telah terbentuk mulai dikerjakan. Untuk menghindari kesalahan, tahap ini menuntut ketelitian dan ketelatenan, disamping pengerjaan yang ekstra hati-hati.

Pada tahap pengukiran, terutama ketika mengerjakan detail patung, pemahat biasanya menggunakan sebilah pisau. Pisau ini selalu dijaga ketajamannya dengan melakukan pengasahan secara rutin.

Tahap terakhir adalah mengamplas. Proses finishing ini dilakukan dengan menggunakan kertas penghalus, sehingga diperoleh hasil akhir sesuai yang dikehendaki.

Patung Syompe


Patung laki-laki dan perempuan dalam posisi duduk bersila ini dikenal dengan nama patung Syompe. Posisi bersila merupakan cermin pengakuan manusia kepada sang pencipta alam semesta yang telah memberikan karunia sumber daya alam nan berlimpah. Aksesori yang diukir pada patung setinggi 1,2 meter ini; gelang, kalung anting, hiasan kepala serta ukiran di atas tempat duduk, melambankan kekayaan alam yang tak ada habisnya.







Walut tumbur

Menggambarkan sepasang lelaki dan perempuan yang sedang membawa persembahan/sesaji kepada para dewa atau leluhur. Tradisi persembahan merupakan wujud ungkapan syukur penduduk kepulauan tanimbar – Maluku Tenggara Barat pada masa lalu atas keberhasilan mereka dalam pertanian. Walut atau patung Tumbur umumnya dibuat dari kayu hitam atau ebony wood, setinggi 31 cm untuk patung pria dan 30 cm untuk patung wanita.

Walut Tumbur Ulnir Du




Karakteristik patung kayu setinggi 30 cm ini terletak pada model kepala manusia yang tersusun dan terpancang pada sebuah tiang kayu. Model ini menggambarkan sisi gelap kehidupan manusia yang memiliki ilmu hitam dan berada di bawah pengaruh roh jahat. Manusia seperti itu umumnya memiliki sifat kejam dan bengis, tercermin pada bentuk dan wajah patung yang menyeramkan. Masyarakat local Kepulauan Tanimbar mengenalnya sebagai patung magis atau patung berhala.

Sumber : http://fadlitois.blogspot.com/2012/04/kerajinan-tangan-maluku-masih-diminati.html

Tempat Wisata Yang Ada Di Maluku

Sesekali tidak ada salahnya kan mengucap syukur karena kita dilahirkan dan dibesarkan di Indonesia, negara kepulauan terbesar di dunia yang menyimpan seribu satu macam surga di jajaran pulau-pulaunya yang tersembunyi. Keindahan alam dan budaya di seluruh penjuru Indonesia tampaknya seperti nggak ada habisnya, dan beberapa spot wisata baru selalu dapat dengan mudah ditemukan ketika para pelancong mulai merasa bosan dengan suatu spot wisata yang telah terlalu ramai dan penuh sesak oleh para pencari hiburan.
Pegipegi akan mengajak kamu melancong ke Indonesia Bagian Timur yang masih relatif sepi dari perhatian turis dan pemberitaan media massa. Meski jarang masuk koran bukan berarti Kepulauan Maluku tidak istimewa, travelers.

1. Pulau Banda, Maluku Tengah



Ini dia spot wisata idaman buat para pecinta diving dan snorkeling. Taman Laut Banda yang terletak di antara Pulau Neira, Pulau Gunung Api, Pulau Ai, Pulau Sjahrir dan Pulau Hatta ini termasuk dalam wilayah Kabupaten Maluku Tengah. Kamu bisa mencapai lokasi ini dengan menumpang kapal feri selama satu malam dari ibu kota Kepulauan Maluku, Kota Ambon, dan meski perjalanan memakan waktu cukup lama kamu tak akan menyesal jika telah melihat dengan mata kepala sendiri indahnya taman laut di bawah permukaan air Laut Banda. Di sini kamu bisa menjumpai sekitar 350 spesies biota laut, termasuk beberapa jenis terumbu karang purba yang keberadaannya terancam punah.


Kalo nggak bisa menyelam kamu masih bisa menikmati keindahan taman laut dan melihat ikan paus dan lumba-lumba dari atas perahu, travelers. O ya, kamu juga bisa mencoba memancing ikan tuna dan cakalang, tentunya dengan bantuan dari para nelayan setempat. Ada beberapa fasilitas bagi turis yang tersedia di Pulau Banda, yaitu guest house, rumah makan dengan menu tradisional dan toko suvenir. Selain menyelam, hiking di desa tradisional, hutan pala dan reruntuhan peninggalan Belanda di kota Bandaneira adalah kegiatan yang mengasyikkan. Jangan lupa menutup hari berpetualangmu di sini dengan menyaksikan matahari terbenam di pantai selatan Banda Besar yang akan membuatmu terkesima.

2. Pulau Bacan, Halmahera Selatan



Pulau Bacan adalah salah satu di antara gugusan Kepulauan Maluku yang terdapat di sebelah barat daya Pulau Halmahera dan termasuk dalam wilayah Kabupaten Halmahera Selatan Propinsi Maluku Utara. Pulau Bacan memiliki beberapa spot wisata menarik seperti Benteng Barnevald yang merupakan peninggalan sejarah dari masa pendudukan bangsa Portugis. Sayangnya benteng berada dalam kondisi kurang terawat, namun jangan khawatir kamu masih bisa menikmati pemandangan menakjubkan dengan berdiri di bagian atas benteng. Di sini kamu bisa saksikan jernihnya air laut hingga kamu bisa melihat terumbu karang berikut aneka macam ikan yang berenang di dalamnya, dan ada juga rumah-rumah kayu yang dibangun di atas air dan didiami Suku Bajo.

Selain itu masih ada Pantai Pawete, Masjid dan Keraton Sultan Bacan serta cagar alam Pulau Bacan yang semuanya tak akan habis dinikmati dalam waktu sehari saja. Ada beberapa hotel dan guest house yang bisa kamu sewa sementara berjalan-jalan di Pulau Bacan. Jangan lupa membawa pulang batu permata khas Pulau Bacan yang kini sedang hip dan menjadi buah bibir berkat keunikannya, yaitu menghasilkan warna yang sesuai dengan panas tubuh orang yang memakainya.

3. Kota Ambon



Kota yang juga disebut dengan Amboina atau Ambon Manise yang artinya kota Ambon yang indah atau cantik. Sebutan itu sepertinya nggak berlebihan karena meski pernah jatuh akibat kerusuhan SARA di tahun 1999, kota Ambon berhasil memikat siapapun yang mengunjunginya berkat keindahan alam dan keramahtamahan penduduknya. Berada di tepi pantai membuat Kota Ambon kaya akan obyek wisata pantai yang masing-masing memiliki ciri khas. Misalnya Pantai Pintu Kota yang terletak di ujung Kota Ambon. Keunikan pantai ini adalah adanya batu karang besar yang berbentuk seperti gapura. Ada juga Pantai Hunimoa yang terletak sekitar 40 km dari pusat kota. Selain bisa berenang dan duduk-duduk di pasir pantai yang putih besih, kamu juga bisa melihat-lihat bekas lapangan terbang yang digunakan selama masa Perang Dunia II.

Kota Ambon sendiri telah dikenal sebagai pusat perdagangan rempah-rempah sejak berabad silam. Dan ini menjadikan Kota Ambon kaya akan beberapa peninggalan bersejarah lainnya seperti Bunker VOC, puing-puing kapal barang Belanda dan Portugis di dasar perairan Waiyame, Fort Victoria, Museum Siwalima dan masih banyak lagi.

4. Danau Rana, Pulau Buru, Maluku Tengah



Danau Rana adalah salah satu danau terbesar di seantero Kepulauan Maluku dan terletak 63 km dari pusat kota Namlea, salah satu kota teramai di pulau tempat pembuangan penulis legendaris Pramoedya Ananta Toer. Perjalanan untuk mencapainya juga tidak mudah, travelers. Pertama-tama kamu harus naik kapal feri dari Kota Ambon ke Pulau Buru. Sampai di Pulau Buru kamu harus naik mobil selama 1,5 jam dari kota Namlea ke Desa Wamlana, Kecamatan Air Buaya. Nah, dari Desa Wamlana ini kamu harus meneruskan perjalanan sekitar 43 km sebelum mencapai Danau Rana.

Yang membuat Danau Rana menarik adalah pemandangan di sekitarnya, yaitu hutan yang masih alami, berpadu dengan pantulan langit di permukaan air jernih dan dihiasi bunga teratai. Suasana jadi makin syahdu ketika hari menjelang senja dan air danau yang tenang memantulkan warna langit lembayung. Rasanya seperti di surga, travelers!

Sumber : pegipegi.com

Potensi Pohon Sagu Yang Berasal Dari Maluku dan Papua





Indonesia merupakan negara yang dianugerahi Tuhan dengan kekayaan sumber daya alam yang menopang kehidupan masyarakatnya, mulai dari kekayaan bahari hingga kekayaan hutan yang tak terbendung banyaknya. Persoalaan yang muncul hanyalah pada sumber daya pengelolaan kekayaan tersebut hingga menjadi sesuatu yang bermanfaat.
Salah satu dari kekayaan hutan Indonesia yang cukup signifikan yakni tanaman sagu (Metroxylon). Mengapa sagu termasuk kekayaan Indonesia? Sebab, dari total area hutan sagu di dunia, Indonesia memiliki satu juta hektar hutan sagu yang tersebar di beberapa provinsi atau menguasai 51.3% hutan sagu di dunia. Sebaran lahan pohon sagu terbesar di Indonesia terdapat di beberapa wilayah yaitu Papua, Maluku, Riau, Sulawesi Tengah dan Kalimantan.
Dari luas hutan sagu tersebut, secara matematis sagu ikut menyumbang pemasukan bagi Indonesia dikisaran trilyunan rupiah. Berdasarkan hasil kajian dan pemetaan Forum Kerjasama Agribisnis, jika Indonesia mau membudidayakan sagu dan memanfaatkan pengelolaannya secara maksimal dalam memproduksi tepung sagu, maka dalam jangka waktu sekali panen, industri tepung sagu dengan kisaran harga Rp. 2.400 per kilo gramnya pun sudah mampu menyumbang pendapatan kotor dikisaran 4 trilyun rupiah.
Selain itu, banyak alasan strategis yang membuat sagu pantas meng-Indonesia, mulai dari alasan filosofis, pemanfaat dan nilai guna, hingga alasan politis dan budaya. Dalam artikel ini, saya akan membahas beberapa alasan strategis tersebut yang menurut saya pantas membuat sagu begitu potensial.
Secara filosofi hidup, Indonesia perlu meneladankan ketahanan hidup layaknya sagu. Mengapa demikian? Dari sekian banyak permasalahan hidup yang mendera bangsa ini,  Indonesia perlu membangun ketahanan hidup agar tak mudah terkoyak. Jika belajar dari karakteristik sagu dalam menopang hidupnya, sagu termasuk tanaman pangan dengan ketahanan hidup yang memukau.
Biasanya, sagu tumbuh di daerah rawa yang berair tawar atau daerah rawa yang bergambut dan di daerah sepanjang aliran sungai, sekitar sumber air, atau di hutan rawa yang kadar garamnya tidak terlalu tinggi dan tanah mineral di rawa-rawa air tawar dengan kandungan tanah liat lebih dari 70% dan bahan organik 30%. Pertumbuhan sagu yang paling baik adalah pada tanah liat kuning coklat atau hitam dengan kadar bahan organik tinggi.
Dari area tumbuh seperti gambaran di atas, sagu mampu menghasilkan produk terbaiknya bagi kebutuhan manusia. Padahal, risiko tanaman sagu di area tumbuh seperti itu juga cukup rentan terhadap serangan hama dan ragam penyebab kerusakan lahannya. Pada sagu usia muda (3-4 tahun) biasanya mulai dilakukan penyiangan gulma, sebab gulma dapat menyebabkan kebakaran lahan kebun sagu. Dari gulma, juga dapat menjelma menjadi hama perusak pohon sagu.
Dalam masa-masa pertumbuhan, sagu mengalami gangguan mulai dari akar hingga dedaunannya. Akar sagu akan mati jika pengairan dan tanah di rawah tidak menunjang untuk pernapasan akar, akibatnya pohon sagu pun bisa mati yang mengakibatkan gagal panen. Batang dan daun sagu juga sering terserang hama, ciri dari serangan hama ini adalah, serangan sekunder setelah kumbang oryctes biasanya meletakkan telur di luka bekas oryctes. Bila serangan terjadi pada titik tumbuh, dapat menyebabkan kematian pohon.
Hama juga bukan satu-satunya penghambat sagu dalam perjalanan hidupnya, dimasa rentannya antara usia 1-4 tahun, sagu masih memiliki kemungkinan punah atau mati akibat serangan hewan, seperti ulat artona, babi hutan, dan kera ((macaca irus)). Ulat artona, selain merusak daun pada sagu, juga menyerang pada daging buah, ulat daun ini menyerang jaringan dalam daun. Sedangkan babi hutan, berpotensi merusak sagu pada masa semai dan sapihan, memakan pucuk batang yang masih muda. Begitupun hewan kera (macaca irus), juga merusak sagu muda. Penyakit yang biasanya terdapat pada tanaman sagu adalah bercak kuning yang disebabkan oleh cendawan Cercospora. Gejala dari penyakit ini adalah daun berbercak-bercak coklat.
Meski mendapat banyak serangan dalam masa-masa pertumbuhannya, sagu mampu mengatasi permasalahan itu secara biologis, memanfaatkan tumbuhan disekitarnya untuk mengurangi tingkat serangan terhadap dirinya. Area rawa juga cukup melindunginya dari serangan hewan perusak seperti babi dan kera. Dan keuntungan lainnya, permasalahan sagu sudah tentu dapat ditangani secara mekanik atau berdasarkan bantuan manusia dalam menjaga dan merawatnya.

Pemanfaatan Sagu

Dengan kemungkinan tingkat kerusakan yang ada, sagu dapat tampil dengan postur terbaiknya, tinggi menjulang lebih hingga 10 meter, terlebih tingkat pemanfaatannya yang luar biasa besar. Di kampung kelahiran saya, Desa Kwaos, Ambon, warga setempat memanfaatkan sagu bahan pangan primer maupun sebagai bahan mentah pembuatan kerajinan tangan dan sebagainya.
Berikut beberapa pemanfaatan sagu secara tradisional yang sering dilakukan oleh warga desa di kampung saya, yakni: pertama, batang sagu dapat digunakan sebagai saluran air untuk irigasi persawahan atau ladang, batang sagu dapat dibelah lebih tipis untuk dijadikan papan alas saung di perkembunan, dan menjadikan batang sagu sebagai pagar area perkebunan. Kedua, pati sagu dalam batang dapat dikelola menjadi makanan tradisional sagu, tepung sagu, dan aneka makanan seperti mie dan beragam jenis kue.
Ketiga, daun pohon sagu dapat digunakan sebagai atap rumah. Daun-daun disulam dengan cara khusus, dikeringkan, kemudian dijadikan atap rumah. Meski rumah di kampung saya sudah cukup maju, menggunakan seng dan genteng, tapi ada saja beberapa warga yang masih mempertahankan cara hidup tradisional dengan memanfaatkan daun sagu sebagai atap rumah.
Pemanfaatan modernnya, selain sebagai bahan campuran bagi soun, mie dan kerupuk yang terdapat di restoran khas Maluku, sagu juga dibutuhkan bagi industri tekstil, kertas, dan juga industri kosmetika. Berdasarkan data Perhimpunan Pendayagunaan Sagu Indonesia (PPSI), produksi sagu nasional saat ini mencapai 200.000 ton per tahun atau baru mencapai sekitar 5 persen dari potensi sagu nasional.
Berdasarkan kajian Forum Kerjasama Agribisnis, Indonesia memiliki potensi alam bagi pengembangan sagu yang tidak dimiliki oleh benyak negara di dunia. Logika pemanfaatannya, jika pemerintah menginvestasi dana senilai 1,3 trilyun rupiah dengan grace period 12 tahun pada luas lahan 68.180 hektar, dengan pendapatan kotor pada tahun pertama sebesar 4 trilyun rupiah, sebenarnya layak untuk diwujudkan dan sangat menguntungkan. Apabila upaya ini dilakukan, sebenarnya kita dapat sangat berkontribusi bagi pemenuhan pangan dunia. Untuk pangan nasional, tentu pemanfaatan sagu sebagai komoditi pangan berkarbohidrat juga ikut mengurangi ketergantungan masyarakat pada beras yang saat ini diserap hampir 80% oleh masyarakat Indonesia.
Selain sebagai komoditi pangan, menurut pakar Sagu dari Institute Pertanian Bogor (IPB) Bogor, Dr. Fredy Rumawas, bahan tepung Sagu dapat menghasilkan polimer terbaik guna membuat plastik yang bisa terurai atau plastik yang mudah hancur di alam. Sedangkan di pasaran internasional, tepung sagu digunakan sebagai bahan substitusi tepung terigu untuk pembuatan biskuit, mie, sirup berkadar fruktosa tinggi, industri perekat, dan industri farmasi. Jadi, dengan satu juta lahan sagu di Indonesia, sejatinya Indonesia mampu menjelma menjadi makmur.
Kesimpulannya, secara umum pembudidayaan dan pemanfaatan sagu memberikan manfaat lebih bagi Indonesia, baik pada taraf penigkatan ekonomi, kesejahteraan sosial, penyediaan komoditi pangan nasional, hingga penyediaan lapangan kerja dan bisnis. Bahkan, sagu secara budaya sudah menjadi bagian intim bangsa ini sebab keberadaan sagu pada awalnya diperkirakan berasal dari Maluku dan Papua.
Sagu juga mencerminkan sikap, watak, dan karakter bangsa ini yakni mampu bertahan hidup dalam keadaan terseok-seok akibat gangguan lingkungan global. Harapannya, Indonesia kelak akan menjadi negara yang memberikan manfaat bagi masyarakat global, nama bangsa ini akan tetap kokoh, menjulang tinggi meski diterpa badai ujian yang bertubi-tubi.

Sumber : http://ekonomi.kompasiana.com/bisnis/2011/05/19/potensi-pemanfaatan-sagu-365456.html